Hanya Karena Kita Beriman Tidak Berarti Masalah Kita Hilang

Assalamu’alaikum wr wb,
Apakabar sahabat ayahucuB dimanapun anda berada, semoga keselamatan selalu menyertai kita semua…aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Kali ini saya sedang belajar tentang ‘Hanya Karena Kita Beriman Tidak Berarti Masalah Kita Hilang’.

Mari kita belajar bersama.

Hanya Karena Kita Beriman Tidak Berarti Masalah Kita Hilang

Beriman adalah kepercayaan kita kepada Allah. Bicara tentang hubungan kita dengan Allah. Tidak berbicara tentang kemudahan dalam memecahkan masalah. Kalau tujuannya beriman adalah agar tidak mengalami masalah atau kemudahan dalam mengatasi masalah seharusnya Nabi nabi yang memiliki kedekatan hubungan dengan Allah tidak akan pernah mengalami masalah. Mereka akan memiliki kehidupan yang jauh dari masalah. Cukup berdoa, masalah selesai. Tetapi coba perhatikan, kisah para nabi dan rasul, justru mereka terkadang memiliki kehidupan yang sangat berat. Masalahnya tidak hanya datang dari musuh mereka tetapi juga dari keluarganya. Orang terdekatnya.

2. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?
3. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.

(QS Al Ankabut [29]:2-3)

Manusia diciptakan dan ditempatkan dalam situasi yang membuatnya berjuang. Manusia akan selalu menghadapi keadaan yang sangat sulit, situasi yang sangat sulit, bahkan orang orang yang sangat sulit. Jadi tidak ada hubungan semakin beriman semakin tanpa masalah. Bahkan sebaliknya, semakin tinggi imannya masalah yang dihadapinya semakin tinggi pula.

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS Al Balad [90]:4)

Jadi apa fungsinya iman? Iman berfungsi memberi kekuatan pada saat kita menghadapi kesulitan hidup. Membuat kita memiliki kemampuan untuk melewati dan selamat dari badai kehidupan.

Ketakutan dan kesedihan adalah 2 hal yang merupakan beban terberat manusia. Saat nabi Adam turun dari Surga ke Bumi Allah berfirman:

Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Al Baqarah [2]:38)

Ketakutan berhubungan dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Kesedihan berhubungan dengan apa yang telah terjadi di masa lalu. Ketakutan dan Kesedihan akan terus ada, karena ini bagian dari kehidupan. Ketakutan dan kesedihan tidak ada hubungannya dengan iman. Kita tidak dikatakan tidak beriman jika memiliki ketakutan atau kesedihan.

Rasulullah bersedih sepeninggalnya Khodijah r.a. Bukan berarti Rasulullah  tidak beriman. Nabi Yakub a.s. bersedih karena kehilangan putranya, Nabi Yusuf a.s. Sampai membuat matanya memutih karena begitu sedihnya kehilangan putra yang sangat dicintainya. Bukan berarti Nabi Yakub a.s. tidak beriman.

Contoh ketakutan yang sangat bisa kita dapat dari kisah Ibunda Nabi Musa a.s. Saat ia dalam situasi rumahnya didatangi tentara Firaun yang sedang mencari bayi laki laki untuk dibunuh. Ia mendapat ilham dari Allah agar memasukan anaknya ke dalam keranjang dan melemparkannya ke sungai. Seorang ibu yang berada dalam kondisi seperti ini bisa terbayang bagaimana ketakutannya. Setelahnya baru muncul kesedihan.

Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS Al Qashash [28]:7)

Allah mengatakan, jangan takut dan jangan bersedih. Namun demikian ia masih takut dan sedih. Allah memberinya kekuatan agar tidak tenggelam dalam rasa takut dan sedih.

Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). (QS Al Qashash [28]:10)

Hikmah yang dapat dipetik adalah Allah memberikan kekuatan di hati kita agar kita tidak terhanyut atau tenggelam dalam ketakutan dan kesedihan. Bukan berarti ketakutan atau kesedihannya hilang seketika, melainkan kita bisa kuat menghadapinya. Hati kita tidak akan hancur karena kuatnya pelukan Allah. Kedua perasaan ini sangat kuat pengaruhnya, bisa melahirkan amarah ataupun perasaan tidak berguna dan ingin mati saja.

Orang beriman sama seperti orang yang berharap hanya kepada Allah. Salah satu hubungan orang beriman dengan Allah adalah mereka berharap kepada Allah, berdoa kepada Allah, dan Allah memberikan kekuatan di hati mereka untuk menghadapi kehidupan ini, agar hati ini kuat, tidak patah.

Sesungguhnya orang orang yang mengatakan: “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS Fussilat [41]:30)

Berdoa, berharap hanya kepada Allah akan mengantarkan kita kepada Let it go. Jadi kita tidak bisa serta merta melepaskan ketakutan ataupun kesedihan tanpa berharap hanya kepada Allah. Let it go yang tanpa ikatan kepada Allah adalah Let it go semu.

Kita tahu kalau kita tidak dapat mengendalikan keadaan, tidak dapat mengendalikan pendapat orang, tidak dapat mengendalikan yang di luar kita. Tetapi kita sadar bahwa kita bisa mengendalikan diri kita untuk berdoa, berharap hanya kepada Allah. Membuat ikatan dengan Allah.  Ketika mengatakan ‘Tuhanku adalah Allah’, kita akan mendapatkan kekuatan di dalam hati. Allah akan menguatkan hati kita untuk menghadapi apa yang tidak bisa dikendalikan, untuk bisa Proaktif, untuk bisa Let it go. Jadi bukan dimampukan untuk mengendalikan yang di luar tetapi dimampukan untuk mengendalikan yang di dalam yaitu hati kita. Inilah tingkat lanjut dari Kebiasaan 1 pada 7 habits. Realitas tidak berubah tetapi kita yang berubah.

Kita tidak hanya memantapkan pendirian ‘Tuhanku adalah Allah’ lalu kita menjadi sempurna. Lanjutkan dengan Istiqamah, bertindak menuju keseimbangan tindakan. Berjuang memperbaiki diri. Masuk ke tingkat lanjut Kebiasaan 2 dan 3 dari 7 habits.

Pada saat ketakutan atau kesedihan, setan akan berbisik ‘Jika Allah maha kuasa, mengapa kamu mengalami ketakutan atau kesedihan ini. Dia mampu menghilangkan ketakutan dan kesedihanmu. Tetapi mengapa Dia tidak melakukannya? Lupakan Allah. Gunakan otakmu untuk berpikir agar keluar dari masalah ini.’

Orang beriman tidak akan terkecoh dengan bisikan setan. Mereka menyadari bahwa ketakutan atau kesedihan akan hilang di Surga nanti seperti janji Allah. Surgalah tempat tidak adanya lagi ketakutan dan kesedihan. Bukan di dunia ini. Dunia ini adalah tempatnya ketakutan dan kesedihan berada.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”(Q.S Al-Balad[90]:4)

Tetapi jangan salah paham. Bukan berarti kit akan susah terus, takut terus, sedih terus. Di Bumi ini juga tempatnya bahagia, gembira, senang, nikmat. Ada susah ada senang, ada sedih ada gembira. Ingatlah bahwa semua akan berlalu dan hanya Allahlah kita sandarkan ikatan kita.

Semoga Allah memberikan kekuatan di hati kita untuk menghadapi ketakutan dan kesedihan yang datang kepada kita. Semoga Allah memberikan kita kehidupan yang bebas dari pengaruh ciptaanNya dan mengizinkan kita menjadi hambaNya yang tulus dalam segala hal…Amiin Ya Rabbal ‘alamiin…

Demikian penjelasan tentang ‘Hanya Karena Kita Beriman Tidak Berarti Masalah Kita Hilang‘ yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi sahabat. Lebih kurangnya mohon maaf.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

https://biolinky.co/ayahucub

Silahkan Berbagi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 − 5 =