Assalamu’alaikum wr wb,
Apakabar sahabat ayahucuB dimanapun anda berada, semoga keselamatan selalu menyertai kita semua…aamiin ya rabbal ‘alamiin.
Kali ini saya akan melanjutkan berbagi pengetahuan tentang ‘7 habits’ Episode ke-10. Di sini saya akan membahas tentang Kebiasaan ke-7 dari 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif, yaitu ‘Asahlah GERGAJImu’.
Apa yang dimaksud dengan ‘Asahlah GERGAJImu’? Mengapa Kebiasaan ‘Asahlah GERGAJImu’ itu Penting? Bagaimana caranya ‘Asahlah GERGAJImu’? Mari kita mulai pembahasan.
Episode 10 – Kebiasan ke-7 Asahlah GERGAJImu
Alkisah diadakan sayembara di suatu desa, pertandingan menebang kayu. Siapa yang terbanyak hasil tebangannya dalam sehari semalam dia yang menjadi juara. Dari sekian banyak peserta terpilihlah 2 orang untuk masuk final. Seorang penebang muda dan seorang penebang tua. Dimulailah pertandingan ini.
Si Pemuda ini sangat kuat dan yakin dirinya akan menang. Dia menebang kayu tanpa henti seharian. Sementara Penebang Tua berhenti setiap jam. Si Pemuda sangat senang mendengar kalau begitu sering si Penebang Tua itu berhenti menebang. Dia berasumsi pasti kayu hasil tebangannya sedikit. Sampai keesokan harinya saat waktu yang diberikan telah berakhir, si Pemuda dan Orang Tua menyerahkan kayu hasil tebangan. Setelah dihitung hasil tebangan dari kedua peserta tersebut oleh panitia, tibalah waktu pengumuman pemenang dari pertandingan ini. Si Pemuda terlihat sangat antusias sementara si Orang Tua terlihat segar. Panitia mengumumkan bahwa Pemenangnya adalah si Orang Tua. Si Pemuda kaget tidak percaya, bagaimana bisa Orang Tua tersebut menebang kayu lebih banyak padahal dia lebih banyak berhenti menebang.
‘Apa rahasia bapak bisa menebang begitu banyak?’, tanya si Pemuda.
‘Setiap jam saya istirahat dan mengasah gergaji saya. Itu saja.’, jawab si Orang Tua.
Kebiasaan 7 adalah meluangkan waktu untuk mengasah gergaji. Jika kita terus bekerja tanpa beristirahat, merilekskan pikiran dan mengembalikan semangat, kita pasti akan lelah dan bosan. Produktifitas akan menurun. Sama halnya dengan gergaji, apabila selalu dipakai tidak pernah diasah, gergaji itu akan tumpul.
4 Dimensi Pembaruan
Kebiasaan 7 adalah KP (Kemampuan Produksi) pribadi. Memelihara dan mengupgrade aset terbesar yang anda miliki yaitu diri kita. Mengasah gergaji adalah mengupgrade, memperbarui 4 dimensi alamiah kita yaitu Fisik, Spiritual, Mental, dan Sosial. Mengasah gergaji adalah aktivitas kuadran II dalam kebiasaan 3 yaitu Penting dan Tidak Mendesak.
Dimensi 1 – Fisik (Olah raga, Nutrisi, Manajemen Stress)
Olahraga yang baik adalah yang membangun daya tahan, kelenturan, dan kekuatan.
Daya tahan bisa didapat dari Aerobik. Melatih kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung hanya dapat dilatih dengan menggerakkan otot tungkai. Jalan cepat, berlari, bersepeda, berenang, dan joging cocok untuk melatih jantung. Ukuran bugar minimum berdasarkan detak jantung adalah bisa mempertahankan detak jantung dengan kecepatan 100 denyut/menit selama 30 menit. Kecepatan maksimum jantung adalah 220 – usia kita. Jadi kalau usia kita 40 tahun pada saat olahraga pertahankan kecepatan jantung 60% dari kecepatan maksimum jantung (220 – 40) * 60% = 108 denyut/menit.
Kelenturan bisa didapat dari peregangan. Sebelum latihan, lakukan pemanasan untuk membantu mengendurkan dan menghangatkan otot sehingga lebih semangat. Setelah latihan, lakukan pendinginan untuk membantu menghilangkan asam laktat sehingga otot tidak kaku dan sakit.
Kekuatan diperoleh melalui latihan daya tahan otot seperti push up, pull up, sit up, dan angkat beban.
Jika kita jarang berolahraga, secara alami tubuh akan memprotes, tidak mudah menjadikan olahraga ini sebagai kebiasaan. Proaktiflah, kerjakan saja, lakukan secara konsisten dan memulai dengan perlahan. Sediakan waktu 1 jam sehari, atau 30 menit, atau 15 menit, mana yang paling mudah untuk dilakukan. Gunakan imajinasi untuk membayangkan tubuh anda sehat, kuat, dan enjoy dalam berolahraga. Berdamailah dengan suara suara dalam diri yang malas untuk berolahraga.
Dimensi 2 – Spiritual (Penjelasan Nilai & Komitmen, Studi & Meditasi)
Dimensi spiritual erat hubungannya dengan Pembaruan Kebiasaan 2. Pembaruan kepemimpinan pribadi. Mengasah diri memimpin diri pribadi. Mengasah diri berkomitmen terhadap nilai nilai hidup kita.
Arthur Gordon menceritakan sebuah kisah tentang pembaruan spiritualnya sendiri yang dia beri judul ‘The Turn of the Tide’. Kisah ini menceritakan suatu masa dalam hidupnya saat ia merasakan segala sesuatunya terasa datar dan membosankan. Begini ceritanya…
Gordon meminta bantuan dokter untuk mengatasi masalahnya. Setelah memeriksa secara fisik, dokter tidak melihat ada masalah pada tubuh fisiknya. Dokter memintaGordon untuk pergi kesuatu tempat yang paling membahagiakannya waktu kecil dahulu. Di sana ia tidak boleh membaca, menulis, atau mendengarkan radio. Dokter menuliskan 4 lembar resep dan memintanya untuk membuka satu persatu resep pada pukul 9, 12, 3, dan 6 sore. Keesokan harinya Gordon pergi ke pantai.
Resep pertama, “Dengarkan dengan cermat”. Ketika ia mendengarkan, ia mulai berpikir tentang pelajaran yang diberikan oleh laut kepadanya. KEsabaran, respek, kesadaran akan kesalingtergantungan. Ia mulai mendengarkan bunyi bunyi alam yang menghadirkan keheningan dan kesadaran diri.
Resep kedua, “Cobalah mengingat-ingat”. Ketika ia mulai mengingat ingat masa lalunya yang bahagia, ia merasakan kehangatan dalam dirinya.
Resep ketiga, “Periksalah motif motif anda”. Ketika ia mulai memeriksa motif motif tersembunyi dalam dirinya tentang keberhasilan, pengakuan, jaminan. Pelajaran yang dia dapat adalah jika motifnya salah jalannya akan salah. Jika motif kita dalam pekerjaan adalah melayani orang lain, kita akan melakukan pekerjaan dengan baik.
Resep keempat, “Tulislah kekhawatiran anda di atas pasir”. Pelajaran yang ia dapat adalah sadari kekhawatiran dan ia akan tersapu ombak dengan sendirinya.
Tokoh besar Martin Luther menjadikan doa sebagai sumber kekuatan dalam melepaskan dan melipatgandakan energinya. Ia menyisihkan waktu 1 jam sehari untuk berdoa.
Seorang ahli Zen menjadikan meditasi untuk menghadirkan kedamaian dan ketenangan dalam pikiran dan hatinya. Ia bermeditasi pagi hari dan sisa hari selebihnya.
Pembaruan spiritual adalah berlatih memenangkan pertempuran dalam diri, dalam batin kita. Perang melawan diri sendiri. Berdamai dengan diri, dengan suara suara dalam diri kita. Dengan nafsu kita. Jika kita memenangkan pertempuran ini, kedamaian dan ketenangan akan datang dengan sendirinya. Kita akan semakin mengenal diri kita. Kita bukanlah badan fisik kita. Kita bukanlah pikiran kita. Kita bukanlah perasaan kita. Kita adalah yang menyadari semuanya. Dengan kemenangan diri ini, kemenangan publik atau kemenangan bersama orang lain akan mudah didapat.
Catatan saya, pahami secara lebih mendalam perintah dalam ajaran agama. Tidak hanya menggugurkan kewajiban dalam menjalankan perintah agama, tetapi dengan kesadaran bahwa menjalankan perintah agama adalah membarui kita secara spiritual. Dalam Islam ada perintah Sholat, Zakat, Puasa, dan berHaji jika mampu.
Dimensi 3 – Mental (Membaca, Visualisasi, Perencanaan, Menulis)
Luaskan pikiran kita, wawasan kita, dengan membaca. Membaca buku buku yang berkualitas. Membaca dapat mengasah gergaji mental kita. Cobalah membaca dengan menerapkan kebiasaan 5. Membaca bukan dengan sudut pandang kita, tetapi mencoba membaca dari sudut pandang penulis. Buat target 1 buku 1 bulan.
Menulis adalah salah satu cara yang ampuh juga untuk mengasah gergaji mental kita. Buatlah tulisan tentang gagasan kita, pengalaman hidup kita, pelajaran hidup kita, ini akan mengasah mental kita.
Membuat perencanaan dan berlatih mengorganisasikan pikiran, bisa mengasah gergaji mental kita. Membuat perencanaan berhubungan dengan pembaruan kebiasaan 2 merujuk pada tujuan akhir, sementara pengorganisasian berhubungan dengan kebiasaan 3 mendahulukan yang utama. Latihlah kekuatan visualisasi dan imajinasi kita untuk melihat akhir dari awal dan melihat keseluruhan perjalanan, setidaknya secara prinsip.
Berlatih Fisik, Spiritual, dan Mental akan mengasah kemampuan kita dalam Kemenangan Pribadi sehari hari. Meningkatkan kualitas hidup kita setiap hari.
Dimensi 4 – Sosial/Emosional (Pelayanan, Empati, Sinergi, Rasa Aman Intrinsik)
Jika dimensi Fisik, Spiritual, dan Mental berhubungan erat dengan kebiasaan 1, 2, dan 3 (berpusat pada prinsip visi, kepemimpinan, dan manajemen pribadi, Kemenangan Pribadi), dimensi Sosial/Emosional berfokus pada kebiasaan 4, 5, dan 6 (berpusat pada prinsip kepemimpinan, komunikasi empatik, dan kerjasama kreatif antar pribadi, Kemenangan Publik).
Keberhasilan dalam Kebiasaan 4, 5, dan 6 bukanlah masalah Intelek tetapi lebih kepada masalah Emosi. Lebih berhubungan dengan perasaan aman pribadi kita. Jika kita merasa tidak aman secara emosional walaupun mungkin kita cakap secara intelektual, mempraktekan Kebiasaan 4, 5, dan 6 untuk berhubungan dengan orang yang berbeda pandangan dengan kita bisa terasa sebagai ancaman besar.
Dari manakah perasaan aman ini datang? Apakah dari orang lain? Dari perlakuan orang kepada kita? Dari pandangan orang lain kepada kita?
Perasaan aman tidak datang dari luar tetapi berasal dari dalam diri. Ia datang dari paradigma kita, dari prinsip prinsip yang ada dalam pikiran dan hati kita. Dari nilai nilai kita yang paling dalam. Ia datang dari integritas kita, kesesuaian antara apa yang di dalam dan tindakan kita di luar diri. Harga diri kita dinilai dari Integritas kita. Kedamaian pikiran datang ketika kehidupan anda selaras dengan prinsip dan nilai yang benar.
Ada rasa aman intrinsik yang muncul ketika kita mengetahui bahwa solusi Menang/Menang benar benar ada, bahwa ada keberlimpahan yang bisa membuat semua orang menang.
Ada rasa aman intrinsik yang muncul ketika kita memahami orang lain terlebih dahulu baru dipahami.
Ada rasa aman intrinsik yang muncul ketika kita secara otentik, kreatif, dan kooperatif berinteraksi dengan orang lain.
Ada rasa aman intrinsik yang berasal dari pelayanan, dari membantu orang lain. Bekerja dengan motif melayani bukan dengan motif mendapat pengakuan.
Dr. Hans Selye dalam penelitiannya tentang stress mengatakan bahwa kehidupan yang panjang, sehat, dan bahagia adalah hasil dari memberikan kontribusi, memiliki proyek yang berarti, yang menyenangkan secara pribadi dan memberkahi kehidupan orang lain.
Pelayanan adalah sewa yang kita bayar untuk hak istimewa hidup di atas bumi ini. (N. Eldon Tanner)
Yuk layani 1 hari 1 orang dengan kasih tanpa syarat.
Penulisan Naskah Orang Lain
Kebanyakan naskah hidup orang ditulis menurut opini, persepsi, dan paradigma paradigma orang orang di sekelilingnya. Orang orang sekelilingnya menjadi Cermin Sosialnya. Apakah kita ingin membantu orang lain menulis naskah hidupnya yang efektif? Kita bisa menjadi cermin yang memantulkan kembali kepada orang lain sifat proaktif mereka, sikap berpusat pada prinsip, mentalitas keberlimpahan, dan komunikasi empati. Dengan kita menjadi mempraktekan 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif, kita bisa menjadi Cermin Sosial bagi orang orang sekeliling kita. Membantu menulis naskah hidup mereka yang efektif. Mengilhami mereka ke arah jalan yang lebih tinggi karena kita mempercayai mereka. Kita mendengarkan mereka dan berempati kepada mereka. Kita mendorong mereka menjadi proaktif.
Pada suatu saat dalam hidup kita mungkin pernah ada momen ada orang lain yang percaya pada kita saat kita sendiri tidak percaya kepada diri kita sendiri.
Ada kisah menarik, komedi musikal yang berjudul ‘Man of La Mancha’. Begini ceritanya…
Kisah seorang ksatria dan seorang wanita pelacur. Naskah hidup wanita ini dibentuk oleh lingkungan sehingga menjadikannya seorang wanita jalanan, seorang pelacur. Namun ada seorang ksatria yang melihatnya dari sudut pandang berbeda. Ksatria ini melihat sesuatu yang indah dan cantik dalam diri wanita itu. Ia melihat kebaikan dalam diri wanita ini, dan ia meneguhkannya berulang kali kepada wanita itu. Ksatria ini memberi nama baru untuk wanita itu, Dulcinea. Sebuah nama baru untuk pradigma kebaikan baru.
Awalnya wanita ini menolak karena berbeda dengan keyakinannya yang terbentuk selama ini. Akan tetapi Ksatria ini berkeras hati terus menerus menambah deposito kasih tanpa syarat kepada wanita itu. Perlahan namun pasti naskah baru hidup wanita itu mulai berubah. Sedikit demi sedikit gaya hidup si wanita berubah. Paradigma wanita itu mulai berubah dan mulai hidup dengan paradigma barunya.
Sampai suatu saat ujian kehidupan datang dan wanita itu mulai kembali ke paradigma lamanya. Sang Ksatria memanggil wanita itu ke sisi ranjang dimana Ksatria itu sedang sekarat. Ksatria itu menyanyikan lagu indah berjudul ‘The Imposibble Dream’ sambil berbisik, ‘Ingatlah kamu adalah Dulcinea‘.
Ada kisah unik tentang dampak sebuah komputer di Inggris yang secara kebetulan diprogram tidak benar. Begini ceritanya…
Dalam suatu sekolah yang data siswanya disimpan dalam sebuah komputer ada satu kejadian unik. Karena terjadi kesalahan program, data siswa yang ‘Cerdas’ tersimpan di komputer menjadi ‘Bodoh’. Begitupula sebaliknya data siswa yang ‘Bodoh’ tersimpan di komputer menjadi ‘Cerdas’. Guru menjadikan data ini sebagai dasar metodenya untuk mengajar. Siswa siswa diperlakukan sesuai kategorinya ‘Cerdas’ dan ‘Bodoh’.
Paradigma gurunya melihat anak yang dianggap ‘Bodoh’ seperti anak yang IQnya jongkok, kekurangan mental, tidak mau bekerja sama, dan sulit diajar. Dan hasilnya sungguh menakjubkan, test IQnya menurun secara signifikan.
Sebaliknya siswa siswa yang dianggap ‘Cerdas’ nilai IQnya naik. Mereka diperlakukan seolah mereka anak cerdas. Gurunya mengajar mereka dengan energi positif, harapan, optimisme, dan kegairahan.
Ketidakmampuan murid menjadi Cermin ketidakmampuan gurunya. Paradigma guru kepada muridnya bisa menjadi Cermin Sosial muridnya.
Apakah yang kita cerminkan pada orang lain tentang diri mereka? Semakin kita dapat melihat orang lain dengan potensi mereka yang tidak terlihat, semakin kita dapat mengasah imajinasi kita bukan ingatan kita kepada mereka. Kita dapat melihat mereka secara berbeda setiap hari. Kita dapat membantu mereka menjadi mandiri, produktif, dan bermanfaat.
Perlakukan seseorang sebagaimana adanya dan ia akan tetap sebagaimana adanya. Perlakukan seseorang sebagaimana ia dapat menjadi dan seharusnya menjadi dan ia akan menjadi sebagaimana ia dapat menjadi dan seharusnya menjadi. (Goethe)
Keseimbangan dalam Pembaruan
Proses pembaruan diri harus seimbang pada ke 4 dimensi, fisik, spiritual, mental, dan sosial. Mengabaikan salah satu dari bidang pembaruan menimbulkan dampak yang negatif pada bidang yang lain.
Perumpamaan 4 dimensi ini pada suatu organisasi atau perusahaan:
- Dimensi fisik, dimensi ekonomi, berhubungan dengan menghasilkan uang.
- Dimensi spiritual, berhubungan dengan penemuan makna dari visi misi organisasi
- Dimensi mental, berhubungan dengan pengakuan, pengembangan, dan bakat.
- Dimensi sosial, berhubungan dengan pelayanan, hubungan antar manusia.
Jika organisasi ataupun perusahaan mengabaikan salah satu dimensi, hal ini akan menimbulkan dampak negatif pada keseluruhan organisasi atau perusahaan.
Sinergi dalam Pembaruan
Pembaruan yang seimbang akan sinergetik secara maksimum. Kesehatan fisik akan mempengaruhi kesehatan mental/psikologi. Kekuatan spiritual akan mempengaruhi kekuatan sosial/emosional.
7 kebiasaan manusia yang sangat efektif menciptakan sinergi optimum di antara 4 dimensi ini.
- Semakin proaktif kita (Kebiasaan 1), semakin kita dapat Memimpin diri pribadi (Kebiasaan 2) dan Mengatur diri pribadi (Kebiasaan 3).
- Semakin efektif kita mengatur hidup kita (Kebiasaan 3), semakin banyak aktivitas Kuadran II (Penting dan Tidak Mendesak) yang dapat kita kerjakan (Kebiasaan 7).
- Semakin kita berusaha mengerti terlebih dahulu (Kebiasaan 5), semakin efektif kita dapat menggunakan solusi Menang/Menang (Kebiasaan 4) dan menghasilkan Sinergi (Kebiasaan 6).
- Semakin kita memperbaiki kebiasaan apapun yang menghasilkan Kemandirian (Kebiasaan 1, 2, dan 3), semakin efektif kita dalam situasi kesalingtergantungan (Kebiasaan 4, 5, dan 6).
Dan Mengasah Gergaji adalah proses pembaruan semua kebiasaan.
- Ketika kita mengasah gergaji fisik, kita memperbarui Visi Pribadi kita (Kebiasaan 1).
- Ketika kita mengasah gergaji spiritual, kita memperbarui Kepeminpinan Pribadi kita (Kebiasaan 2).
- Ketika kita mengasah gergaji mental/psikologi, kita memperbarui Manajemen Pribadi kita (Kebiasaan 3).
- Ketika kita mengasah gergaji sosial/emosional, kita memperbarui pondasi Kemenangan Publik (Kebiasaan 4, 5, dan 6).
Kemenangan pribadi harian adalah kunci untuk perkembangan 7 kebiasaan dan ini sepenuhnya ada dalam Lingkar Pengaruh kita. Sediakan 1 jam 1 hari untuk Mengasah Gergaji kita.
Spiral ke Atas
Pembaruan itu proses Spiral ke Atas. Belajar, berkomitmen, berbuat. Agar kita mengalami Spiral ke Atas, dari perubahan kecil semakin besar dan semakin meningkat menjadi lebih baik, kita perlu melibatkan anugerah kita yaitu Suara Hati.
Suara hati kita begitu lembut sehingga mudah untuk memadamkannya, tetapi suara hati kita juga begitu jelas sehingga tidak mungkin salah. (Madame de Stael)
Dengan Suara Hati, kita dapat merasakan kesesuaian atau perbedaan kita dengan prinsip yang benar. Seperti halnya makanan tidak bergizi, pikiran kotor, negatif, porno, dan maksiat menggelapkan batin kita sehingga memadamkan suara hati kita. Suara hati yang natural dari Ilahi ‘Apa yang benar dan salah?’ akan diganti dengan Suara hati sosial ‘Apakah saya akan ketahuan jika melakukan hal negatif ini?’.
Ia yang ingin menjaga kebunnya tetap rapi tidak menyediakan sebidang tanahpun untuk rumput liar. (Dag Hammarskjold)
Terangkan kembali Suara Hati kita dengan memberinya gizi berupa pikiran yang mulia, bacaan yang membangkitkan ilham, dan hidup yang selaras dengan suara kecil yang hening.
Demikian penjelasan tentang episode ke-10 ‘Kebiasaan ke-7, Asahlah GERGAJImu‘ yang dapat saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi sahabat. Lebih kurangnya mohon maaf.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
https://biolinky.co/ayahucub